MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR “Hubungan manusia dengan kebudayaan lokal di Indonesia”
DISUSUN
OLEH :
HILMI AULIA (14114999)
KELAS : 1KA02
Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Jurusan Sistem Informasi
Puji syukur
kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena berkat rahmat dan karunia-NYA
yang memberikan kami akal, budi dan fikiran yang kemudian berguna untuk
kehidupan kami, khususnya dalam pembuatan makalah ini “Hubungan
manusia dengan kebudayaan local di Indonesia”.
Saya
berterima kasih kepada Dosen Ilmu Budaya Dasar Ibu Wike Wedya Lastin, ST, MT.
Serta teman-teman yang secara tidak langsung membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah Ini
dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar dan juga
diharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi orang yang membaca serta dapat
memberikan informasi dan pengetahuan tentang hubungan
manusia dengan kebudayaan Indonesia.
Saya
menyadari masih banyak kekurang pada makalah ini. Oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan pembuatan
makalah-makalah dikemudian hari.
Jakarta, 7 maret 2015
Hilmi Aulia
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk Allah yang di anugrahi
akal, fikiran, dan fisik untuk menunjang kehidupannya sebagai seorang insan
yang di tunjuk oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi yang Allah Yang Maha
Kuasa ciptakan. Oleh karena manusia adalah khalifah di bumi ini sepatutnya
seorang manusia haruslah mempunyai prilaku yang sesuai dengan yang Tuhan
inginkan untuk dipercayakan menjaga keutuhan bumi yang Allah ciptakan dengan
segala makhluk hidup didalamnya untuk manusia jaga kelestariannya. Manusia
yang menjadi seorang terpilih dan tinggi derajatnya di mata Tuhan, manusia
haruslah mempunyai kepercayaan, ilmu, dan menjalankan segala apa yang di
perintahkan Allah dan menjauhi yang di larang oleh Allah SWT. Sebagai makhluk
yang mempunyai akal dan fikiran serta fisik manusia haruslah memanfaatkan
anugrah yang di berikan oleh Allah itu dengan sebaik – baiknya dan jangan
menyalah gunakannya sebagai suatu yang Allah benci. Manusia haruslah mempunyai
budaya yang baik untuk menjadikannya seorang manusia yang memiliki derajat
tinggi di mata Allah SWT. Maka manusia harus menjadikan budaya yang baik
sebagai bagian dari dirinya tanpa mengabaikan apa yang menjadi kewajiban
sebagai makhluk yang berketuhanan.
1.2
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas
dari mata kuliah ilmu budaya dasar dan syarat kelulusan dari mata kuliah ini.
Dan bisa menjadi referensi maupun mendapatkan informasi bagi orang yang membaca
makalah ini.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah di jelaskan di
awal tadi, maka saya mengambil pokok masalah menjadi 7 rumusan yang akan di bahas di bab selanjutnya.
Berikut adalah rumusan/pokok masalah :
v Menjelaskan hakekat
manusia dan kepribadian bangsa timur
v Pengertian kebudayaan
v Unsur-unsur kebudayaan
v Wujud kebudayaan
v Orientasi nilai budaya
v Perubahan kebudayaan
v Kaitan manusia dan
kebudayaan
2.1 Menjelaskan
hakekat manusia dan kepribadian bangsa timur
Pengertian Hakikat
manusia adalah peran ataupun fungsi yang harus dijalankan
oleh setiap manusia. Kata manusia
berasal dari kata ” manu ” dari bahasa Sanksekerta atau ” mens ” dari bahasa Latin yang berarti berpikir, berakal budi,
atau bisa juga dikatakan ” homo ” yang juga berasal dari bahasa Latin. Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan
makhluk lainnya adalah dapat dikatakan bahwa manusia dilengkapi dengan akal,
pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia. Manusia merupakan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara
ciptaan yang lain. Pada dasarnya
manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan kedudukan sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
Bangsa Timur
umumnya dikenal baik dengan mengedepankan norma-norma, moral, dan etika, dan
nilai adat istiadat serta nilai kebudayaannya yang sangat dijunjung tinggi.
Kepribadian Bangsa Timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan
sopan dalam berpakaian serta santun dalam berperilaku. Tak heran bahwa Bangsa
Timur sangat terkenal dengan keramah tamahan penduduknya yang lebih bersahabat.
Salah satu dari bangsa timur itu adalah bangsa Indonesia.
Sejak jaman dahulu bangsa Indonesia dikenal
oleh bangsa lain sebagai bangsa yang memiliki kepribadian positif. Selain itu,
Bangsa Indonesia juga dikenal sebagai Negara yang memiliki adat istiadat yang
sangat beragam. Sebagai bangsa timur Indonesia dikenal juga sebagai bangsa yang
memiliki kepribadian santun, ramah, suka bergotong-royong,
peduli, empati, dan lain sebagainya.
Santun adalah suatu sikap positif dalam
berprilaku. Santun dapat di implementasikan dengan cara santun berpakaian,
berbicara, berprilaku, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan berbudaya di
Indonesia, santun adalah hal yang sangat mendasar. Sopan santun adalah energi
positif, yang dapat menciptakan kehidupan pribadi yang lebih berkualitas.
Karena, saat seseorang mengekspresikan sopan santun dalam sikap dan perilaku,
maka dia sedang menularkan energi baik kepada orang lain, dan orang lain yang
merasakan energi baik tersebut, hatinya menjadi lebih peduli untuk melayani
energi sopan santun.
2.2 Pengertian
kebudayaan
Kata
kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga
kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat
yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah
akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti
perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan
sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
2.3 Unsur-unsur
kebudayaan
Koentjaraningrat
(1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan. Ia menyebutnya sebagai isi
pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut adalah :
1. Kesenian
2. Sistem teknologi dan peralatan
3. Sistem organisasi masyarakat
4. Bahasa
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem
ekonomi
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi
Pada jaman modern seperti
ini budaya asli negara kita memang sudah mulai memudar, faktor dari budaya luar
memang sangat mempengaruhi pertumbuhan kehidupan di negara kita ini. Contohnya
saja anak muda jaman sekarang, mereka sangat antusias dan up to date untuk
mengetahui juga mengikuti perkembangan kehidupan budaya luar negeri. Sebenarnya
bukan hanya orang-orang tua saja yang harus mengenalkan dan melestarikan
kebudayaan asli negara kita tetapi juga para anak muda harus senang dan
mencintai kebudayaan asli negara sendiri.
2.4 WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
1.Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai,norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka
itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2.Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan
sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan.
3.Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan
fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia
dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,
dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan
yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai
contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan
(aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
2.5 ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kebudayaan sebagai karya mnusia yang
memiliki sistem nilai.
Menurut C.Kluckhon dalam karyanya Variation in Value Orientation(1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, universal memiliki 5masalah pokok kehidupan manusia yaitu:
Menurut C.Kluckhon dalam karyanya Variation in Value Orientation(1961) sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, universal memiliki 5masalah pokok kehidupan manusia yaitu:
1. Hakekat Hidup manusia Hakekat hidup untuk setiap kebudayaan
berbeda secara ekstem : ada yang berusaha memadamkan hidup, adapula dengan
pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik.
2. Hakekat karya Manusia Setiap budaya hakekatnya berbeda-beda,
diantaeanya da yang beranggapan bahwa kerya bertujuan untuk hidup, karya
memeberikan kehormatan dan tahta, karya merupakan gerak hidup untuk menambah
karya lagi.
3. hakekat Waktu manusia Hakekat waktu untuk setiap kebudayaan
berbeda; ada yang berpandangan mementingkan orientasi masa lampau, ada yang
berorientasi pada masa kini, ada pula yang masa depan.
4. Hakekat alam manusia Ada kebudayaan yang menganggap manusia
harus mengxploitasi alam dan memanfaatkan alam sebaik mungkin. Ada juga yang
menganggap manusia harus selaras dengan alam dan menyerah pada alam.
5. Hakekat hubungan Manusia Dalam hal ini da yang mementingkan
hubungan manusia dengan manusia, adpula yang berpandangan individualis.
2.6 Perubahan Kebudayaan
Apa itu
perubahan kebudayaan? Perubahan kebudayaan dalam masyarakat yaitu: gejala
perubahan pola hidup, kebiasaan dan struktur sosial dalam masyarakat yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Perubahan kebudayaan ini merupakan hal alami
yang terjadi di masyarakat dikarenakan sifat alami manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan.
perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat yang terjadi karena adanya perubahan komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Menurut Hirschman, kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat yang terjadi karena adanya perubahan komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Menurut Hirschman, kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Seperti
yang telah disebutkan di atas, perubahan jumlah penduduk merupakan salah satu
penyebab perubahan kebudayaan secara intern, baik itu dikarenakan kelahiran,
kematian ataupun perpindahan (migrasi). Perpindahan penduduk merupakan salah
satu penyebab yang patut diperhitungkan. Biasanya masyarakat pendatang
cenderung membawa kebudayaan asalnya. Hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran
kebudayaan masyarakat asal dan terjadi pembauran kebudayaan. Hal ini diperkuat
jika kebudayaan yang dibawa tampak lebih modern dan lebih menarik. Sebagai
contoh masyarkat ibu kota yang melakukan migrasi ke daerah, cenderung
memamerkan hal – hal baru yang dimiliki dan membawa kebudayaan kota yang biasa
dilakukan ke daerah. Hal ini ditunjang oleh kemajuan teknologi, sehingga
masyarakat daerah tertarik dan cenderung mengikuti pola, kebiasaan dan
kebudayaan tersebut. Akan tetapi, tidak semua kebudayaan yang di bawa membawa
pengaruh positif. Contoh lain yaitu adanya penemuan baru merupakan salah salah
satu penyebab perubahan kebudayaan secara internal. Handphone merupakan salah
satu temuan yang mengubah kebiasaan masyarkat dalam berkomunikasi. Masyarakat
yang semula menggunakan surat sebagai sarana berkomunikasi, saat ini telah
beralih menggunakan handphone. Bahkan handphone bukan lagi barang mewah. Contoh
lain penyebab perubahan kebudayaan secara eksternal adalah masuknya kebudayaan
barat ke Indonesia dengan sangat mudah seperti perayaan Valentine, April mop,
dan Halloween . Media masa, merupakan salah satu sarana utama masuknya
kebudayaan tersebut dan berbaur dengan kebudayaan kita. Sebagian besar
masyarakat Indonesia saat ini selalu merayakan Valentine sebagai hari kasih
sayang, tanpa mengetahui asal muasal dan tujuan kebudayaan tersebut. Pada
umumnya mereka hanya menirukan kebiasaan yang dilakukan masyarakat barat untuk
memberikan kado, tanda kasih sayang ke orang – orang spesial seperti yang
dilakukan di film, televisi ataupu di artikel – artikel majalah.
Hal ini
sangat mengubah kebiasaan masyarakat kita. Buktinya setiap bulan Februari
seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia selalu dipenuhi oleh pernak pernik
Valentine, setiap stasiun televisi menyiarkan berbagai film romantis, dll. Akan
tetapi, kebudayaan tersebut juga memberikan dampak negative untuk masyarakat
Indonesia. Terbukti dengan banyaknya remaja di tangkap saat merayakan Valentine
dengan minuman keras dan seks bebas.
Masyarakat
pada umumnya memang cenderung untuk menirukan hal – hal baru yang dianggap
canggih, menarik dan menyenangkan, tanpa memikirkan dampaknya. Hal ini sudah
sepatutnya diwapadai. Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang
memudahkan setiap orang berkomunikasi dengan orang lain antar daerah, antar
pulau, antar negara bahkan antar benua tidak menutup kemungkinan masuknya
kebudayaan – kebudayaan asing kedalam masyarakat tersebut dan berbaur. Ditambah
pula kesadaran generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan asli yang semakin
menurun memungkinkan hilangnya kebudayaan asli dari setiap masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia. Hal ini menuntut kepedulian dan perhatian lebih
lanjut agar masyarakat Indonesia dapat mempertahankan kebudayaan – kebudayaan
positif yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia di masa – masa mendatang.
2.7 Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan
merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam
dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi.
Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan
atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus
(ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri
sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik),
makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Ø Contoh hubungan
manusia dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan
antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana
itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup
manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu
kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara
manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya
peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang
membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari
kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang
dari kemauan manusia yang membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat
adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam
terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau
manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang
erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan
mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
Ø Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal
dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik.
Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang
lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut
sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari
dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir sebelum
Hegel. Antinomi Kantianakan numena dan fenomena menimbulkan
oposisi yang tidak terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan
metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah
melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah
dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama
dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang
tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang
mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah
antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan,
artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu
dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan
”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya,
Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam
sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan
Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti,
yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan,
melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c)
ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan
antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis
mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam
tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur
negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan
antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan
sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang
saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben,
konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk
penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis)[2]. Di dalam konsep ”menjadi”,
terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada”
dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah
perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang
Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah
bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak
untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis,
antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi
lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih
tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi
tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang
dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala.
Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur
pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi
pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah
memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri
karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi.
Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua
unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima
oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani
hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal
ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat
sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total
menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat
bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan[3]. Pertama, sistem dialektika
ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis
sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada
dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir
(telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea
Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen
esensial akan dialektika Hegel[4]. Pertama, berpikir itu
memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika
merupakan hasil berpikir terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan
kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan
dirinya dialektika itu sendiri.
Ø 3 tahap proses
dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu
:
1. Ekstemalisasi, yaitu proses
dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala
pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses
dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia
mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik,
sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
3.1
Kesimpulan
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dibumi.
Khalifah dibumi maksudnya kita harus menjaga kelestarian hutan dan kebudayaan
tanah air kita INDONESIA. Walaupun banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia
tapi kita tetap tidak boleh meninggalkan budaya local jangan sampai kehilangan
budaya sendiri agar anak cucu kita bisa mengetahui budaya asli bangsa Indonesia
yang indah dan sempurna.
Dengan dibuatnya makalah ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan pembaca. Selanjutnya
pembuat makalah mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
ini untuk kedepannya.
- http://jimmyprianto.blogspot.com/2014/01/pengertian-kebudayaan.html
- https://yanuirdianto.wordpress.com/2013/03/10/96/
- https://adeadangsuryana.wordpress.com/tag/orientasi-nilai-budaya/
- http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html
- http://sman1glagah.com/pengertian-hakikat-manusia/
- http://kekian2.blogspot.com/2014/04/kepribadian-bangsa-timur-pengertian.html
0 komentar:
Posting Komentar